Selasa, 06 Desember 2016

Analisis Bangunan

Stadion Gelora Bandung Lautan Api adalah sebuah stadion olahraga yang berada di Desa Rancanumpang, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat. Stadion berada di antara ruas Jalan Tol Cileunyi-Padalarang KM 151 dan Jalan Bypass Soekarno-Hatta Bandung. Akses jalan menuju Stadion akan dibuat pintu tol khusus di KM 149 ruas Tol Cileunyi-Padalarang dan ruas jalan dari arah Stasiun KA Cimekar dan dari jalan Rancanumpang. Dibuat juga ruas jalan baru menyusuri tol sekitar 2 kilometer, disamping ruas jalan yang sudah ada. Stadion ini menjadi home base klub sepak bola asal Kota Bandung yaitu Persib Bandung di musim kompetisi 2016.
1481007701801
Stadion GBLA (Gelora Bandung Lautan Api) merupakan stadion bertaraf internasional yang di bangun di kota bandung, dan akan menjadi kandang bagi klub PERSIB Bandung. Stadion ini berada di Kelurahan Rancanumpang dan Kelurahan Cimencrang, Kecamatan Gedebage Kota Bandung. Stadion GBLA memiliki luas  72.483 M², masing-masing terdiri dari : lantai dasar, lantai 1 hingga lantai 4, fasilitas toilet dan ground water tank. Di dalamnya terdapat 38.000 kursi penonton, dan jika berdiri mampu menampung 72.000 orang. Dengan tribun full atap yang dimaksudkan untuk melindungi penonton dari cuaca ekstrim, ini mengingat lokasi Stadion berada pada titik terendah dari kota Bandung dengan di kelilingi area pegunungan. Sehingga angin yang berhembus memiliki kecepatan yang sangat tinggi dan berpotensi menjadi badai. Bentukan atap sendiri mengadopsi dari bentuk gendang yang ada pada kesenian masyarakat sunda. Bentuk atap stadion ini mengalami beberapa kali bentukan desain. Ini di karenakan anggaran dana yang sangat terbatas. Arsitektur bentang lebar sangat jelas terlihat pada stadion ini. Atap stadion harus menutupi area tribun seluas 21.784 M². Atap stadion memakai bahan zinkAlum dan juga alumunium, dan strukturnya memakai struktur rangka ruang yang di topang oleh kolom dengan bentuk bervarian dan jaraknya juga berbeda-beda. Rangka ruang di kerjakan pabrikasi, rangka-rangka di sambungkan dengan menggunakan joint ball dengan ukuran joint ball yang berbeda-beda. Untuk bagian pondasi stadion, digunakan pondasi tiang pancang. Terlihat jelas dari bangunan yang sangat besar jadi tiang pancang sangat umum digunakan untuk bangunan yang besar. Pada bagian dinding di stadion, bisa dikatakan 100% menggunakan beton.
Setelah pemaparan di atas, bisa dikatakan material yang digunakan di Stadion Gelora Bandung Lautan Api sekitar 60% beton, 30% baja ringan, 10% zink dan alumunium.

Minggu, 04 Desember 2016

Jenis Beton pada Kontruksi

Beton Non Pasir
Sesuai dengan namanya beton ini tidak menggunakan pasir sebagai bahan adukannya. Sehingga hasil dari pengecoran beton jenis ini akan berongga-rongga. Hal ini diakibatkan kerikil yang digunakan sebagai campuran semen tidak mampu menutupi bagian yang kosong. Beton jenis ini juga memiliki berat jenis yang lebih rendah dibandingkan jenis beton lainnya.

Image result for beton non pasir 

Beton Hampa
Jenis beton ini merupakan yang paling kuat daya tahannya. Mengapa demikian? Ketika semen dicampur dengan air saat pengadukan kemudian dikeringkan dengan cara yang hampir mirip dengan metode vakum. Pada saat proses vakum berlangsung, air yang terkandung dalam beton yang masih basah disedot dengan cara khusus sehingga beton ini menjadi sangat padat dan kuat.


Beton Ringan
Beton ringan sama dengan beton biasa kalau dilihat dari cara pembuatannya. Namun perbedaannya hanyalah pada campurannya saja. Dimana beton ini hanya menggunakan agregat ringan sebagai campuran. Kalau ditanya soal kualitasnya, beton ringan ini termasuk yang kurang bagus untuk konstruksi jangka waktu yang lama.

Image result for beton ringan

Beton Siklop
Beton ini digunakan sebagai pembuatan bendungan, pangkal jembatan dan sebagainya. Beton ini masuk dalam kategori beton normal perbedaannya dengan beton lain ialah ukurannya yang cukup besar.Ukuran kasarnya bisa mencapai 20 cm tapi sebaiknya ukurannya tidak lebih dari 20 persen ukuran keseluruhannya.

Image result for beton siklop

Beton Massa
Beton ini biasanya memiliki dimesi ukuran 60 cm atau lebih. Beton ini dituang dalam volume besar dengan ukuran perbandingannya antara volume          dan luas permukaannya.

Image result for beton massa 

Beton Serat
Beton ini cara pencampurannya hampir sama dengan beton biasa, bedanya hanya pada campuran serat yang turut dicampurkan pada saat pengadukan. Hal ini dilakukan agar beton tidak mudah retak dan partikel-partikel beton bisa saling terikat satu sama lain. Hasilnya kekuatan beton      serat memiliki daya tahan yang bagus.

Image result for beton serat

Ferrosemen / Beton Bertulang
Beton ini termasuk yang paling umum jika digunakan untuk pembuatan jalan. Dimana beton dibuat dengan anyaman kawat baja dan campuran semen. Hal ini dilakukan untuk memperkuat daya tarik dan daktilitas.
Image result for beton bertulang

Beton Mortar
Beton jenis ini merupakan beton yang dibuat dengan bahan dasar perekat, pasir dan air. Campuran ketiga bahan ini memperkuat susunan partikel beton sehingga daya rekatnya lebih kuat.

Image result for beton mortar


Beton Pracetak
Jenis beton ini biasanya digunakan jika pekerjaan konstruksi yang dilakukan membutuhkan waktu yang sangat cepat. Kelebihannya adalah beton ini dapat dicetak di tempat lain lalu tinggal dipasang di tempat tujuannya. Namun kekurangannya daya rekat beton ini tidak sekuat pembuatan beton dengan cara konvensional.

Image result for beton pracetak 

Beton Prategang
Beton ini pada dasarnya sama dengan Ferrosemen / Beton bertulang namun perbedaannya kawat baja yang dimasukkan ke dalam campuran beton ditegangkan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar gaya tarik beton ini lebih kuat menahan beban berat.

Image result for beton prategang 

Sumber  : http://materialbahanbangunan.net/10-jenis-jenis-beton-yang-sering-digunakan-dalam-konstruksi-bangunan/

Alat Pemecah Gelombang

a. Acrropode
Accropode adalah single-layer armor unit buatan yang dikembangkan oleh Sogreah pada tahun 1981. Accropode unit armor beton diterapkan dalam satu lapisan. Merupakan yang paling banyak digunakan saling blok beton dalam bangunan pantai.

b. Tetrapod
Tetrapod adalah struktur beton berkaki empat yang digunakan sebagai unit baju di pemecah gelombang. Bentuknya tetrapod ini dirancang untuk mengusir kekuatan gelombang datang dengan memungkinkan air mengalir disekitarnya dan bukan melawan ombak sepenuhnya, dan untuk mengurangi perpindahan dengan membiarkan distribusi acak tetrapoda untuk saling berpaut.

c. Dolos
Sebuah blok beton dalam bentuk geometris kompleks, beratnya mencapai 20 ton, digunakan dalam jumlah besar untuk melindungi dinding pelabuhan dari kekuatan yg menyebabkan gelombang laut. Mereka dikembangkan di London Timur, sebuah kota pelabuhan di Afrika Selatan, pada tahun 1963 
 

d. Mole
Mole adalah sebuah struktur besar, biasanya dari batu, digunakan sebagai pemecah gelombang, dermaga, atau lintasan antara tempat-tempat yang dipisahkan oleh air.

e. Xblock

f. Karung Berisi Pasir
Karung-karung plastik diisi pasir pantai dan disusun bertumpuk sebagai penghadang ombak.Image result for karung pasir pemecah gelombnag


Sumber  : http://ouoi-di.blogspot.co.id/2011/01/alat-pemecah-ombak_20.html

Jenis Bekisting

Bekisting Konvensional (Bekisting Tradisional)
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa bekisting konvesional adalah bekisting yang menggunakan kayu ini dalam proses pengerjaannya dipasang dan dibongkar pada bagian struktur yang akan dikerjakan. Pembongkaran bekisting dilakukan dengan melepas bagian-bagian bekisting satu per satu setelah beton mencapai kekuatan yang cukup. Jadi bekisting tradisional ini pada umumnya hanya dipakai untuk satu kali pekerjaan, namun jika material kayu masih memungkinan untuk dipakai maka dapat digunakan kembali untuk bekisting pada elemen struktur yang lain.

Gambar bekisting kayu
Image result for bekisting konvensional

Bekisting Knock Down
Dengan berbagai kekurangan metode bekisting konvensional tersebut maka direncanakanlah sistem bekisting knock down yang terbuat dari plat baja dan besi hollow. Untuk 1 unit bekisting knock down ini memang biayanya jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan bekisting kayu, namun bekisting ini lebih awet dan tahan lama, sehingga dapat digunakan seterusnya sampai pekerjaan selesai, jadi jika ditotal sampai selesai pelaksanaan, bekisting knock down ini menjadi jauh lebih murah.

Gambar Bekisting knock down pada pekerjaan pile cap

Bekisting Fiberglass
Material fiber untuk pengganti kayu pada bekisting merupakan ide brillian. Hal ini disebabkan karena fiber memiliki keunggulan yang lebih baik daripada kayu, disamping untuk kepentingan pelestarian lingkungan. Berikut ini adalah keunggulan bekisting fiber:
  1. Bebas kelembaban dan tidak mengalami perubahan dimensi atau bentuk;
  2. Pemasangan lebih mudah dan tanpa perlu  minyak bekisting;
  3. Mempercepat waktu pelaksanaan bekisting;
  4. Tidak berkarat;
  5. Tidak gampang rusak oleh air sehingga cocok untuk konstruksi bawah tanah dan lingkungan berair;
  6. Efisien secara biaya;
  7. Kualitas hasil yang lebih baik;
  8. Gampang dipasang dan dilepas sehingga mengurangi biaya upah;
  9. Daya tahan lama, dapat digunakan 40-70 kali. Ada produk yang dapat digunakan hingga 1000 kali;
  10. Tahan panas;
  11. Ringan, kuat dan kaku, bending modulus yang tinggi;
  12. Ketahanan permukaan yang baik, tahan terhadap benturan dan abrasi;
  13. Dapat dibor, dipaku, diketam, dan diproses seperti gergaji;
  14. Stabilitas yang tinggi terhadap sinar ultraviolet, tidak rapuh dan gampang retak, gampang untuk dibersihkan;
  15. Tidak membutuhkan syarat khusus dalam penyimpanan karena sifatnya yang tahan cuaca;
  16. Sampah sisa material bekisting fiber ini dapat diolah kembali seluruhnya dan sangat ramah lingkungan.
Terlihat bekisting fiber banyak keunggulan dibanding dengan bekisting kayu baik dari sisi mutu, biaya, dan waktu. Bagi Owner dan Perencana, bekisting fiber akan menurunkan biaya proyek. Sedangkan bagi kontraktor, bekisting fiber akan mempercepat pelaksanaan. Bagi pemerintah dan masyarakt luas, bekisting fiber akan mengurangi penggunaan kayu secara signifikan sehingga sangat membantu dalam pelestarian lingkungan.

Gambar Bekisting Fiber Glass
 



Sumber  : http://www.ilmutekniksipil.com/bekisting/jenis-jenis-bekisting

Jenis Korosi

1. Korosi Atmosfer
Korosi ini terjadi akibat proses elektrokimia antara dua bagian benda padat khususnya metal besi yang berbeda potensial dan langsung berhubungan dengan udara terbuka.
Faktor-faktor yang menentukan tingkat karat atmosfer, yaitu :
·         Jumlah zat pencemar di udara (debu, gas), butir-butir arang, oksida metal,
·         Suhu
·         Kelembapan kritis
·         Arah dan kecepatan angin
·         Radiasi matahari
·         Jumlah curah hujan

2. Korosi Galvanis
Korosi ini terjadi karena proses elektro kimiawi dua macam metal yang berbeda potensial dihubungkan langsung di dalam elektrolit sama. Dimana elektron mengalir dari metal kurang mulia (Anodik) menuju metal yang lebih mulia (Katodik), akibatnya metal yang kurang mulia berubah menjadi ion-ion positif karena kehilangan elektron. Ion-ion positif metal bereaksi dengan ion negative yang berada di dalam elektrolit menjadi garam metal. Karena peristiwa tersebut, permukaan anoda kehilangan metal sehingga terbentuklah sumur-sumur karat (Surface Attack) atau serangan karat permukaan.
Sel galvanic tidak berhubungan langsung walaupun keduanya berada di dalam elektrolit yang sama (Open Circuit). Standar electromotive ini dapat berubah akibat pengaruh perubahan suhu, perubahan konsentrasi zat-zat yang terlarut, kondisi permukaan elektroda, kotoran/sampah pada elektroda dan lain-lain.
Contoh, suatu tube sheet atau sebuah alat penukar kalori (tube sheet terbuat darikarbon steel/baja karbon) dan tubenya dari paduan tembaga (Aluminium bronze), kalau ditinjau pada electromotive series jelas bahwa baja (ferrum) lebih tinggi letaknya daripada tembaga, jadi baja dalam kondisi ini menjadi lebih anodic terhadap paduan tembaga, karenanya terjadilah sel karat galvanic dan akibatnya tube sheet baja tersebut berkarat dan kehilangan metal pada permukaannya.

3. Korosi Regangan
Korosi ini terjadi karena pemberian tarikan atau kompresi yang melebihi batas ketentuannya. Kegagalan ini sering disebut Retak Karat Regangan (RKR) atau stress corrosion cracking. Sifat retak jenis ini sangat spontan (tiba-tiba terjadnya/spontaneous), regangan biasanya bersifat internal yang disebabkan oleh perlakuan yang diterapkan seperti bentukan dingin atau merupakan sisa hasil pengerjaan (residual) seperti pengelingan, pengepresan dan lain-lain.
Untuk material kuningan jenis RKR disebut Season Cracking, dan pada materialLow Carbon Steel disebut Caustic Embrittlement (kerapuhan basa), karat ini terjadi sangat cepat dalam ukuran menit, yakni jika semua persyaratan untuk terjadinya karat regangan ini telah terpenuhi pada suatu moment tertentu yakni adanya regangan internal dan terciptanya kondisi korosif yang berhubungan dengan konsentrasi zat karat (Corrodent) dan suhu lingkungan.

4. Korosi Celah
Korosi celah (Crecive Corrosion) ialah sel korosi yang diakibatkan oleh perbedaan konsentrasi zat asam. Karat ini terjadi, karena celah sempit terisi dengan lektrolit (air yang pHnya rendah) maka terjadilah suatu sel korosi dengan katodanya permukaan sebelah luar celah yang basah dengan air yang lebih banyak mengandung zat asam daripada bagian sebelah dalam celah yang sedikit mengandung zat asam sehingga akibatnya bersifatanodic.
Proses pengkaratan ini berlangsung cukup lama karena cairan elektrolitdi dalam celah cenderung lama mengeringnya walaupun bagian luarpermukaan/celah telah lama kering. Celah ini sangat banyak pada konstruksikaroseri kendaraan karena fabrikasinya menggunakan pengelasanelectric resistance(tahanan listrik) system spot pada pelat tipis yang disusun secara bertumpu (overlap). Overlap inilah yang menimbulkan celah-celah.
Contoh, sebuah logam stainless steel di masukkan ke dalam air lautdalam waktu yang cukup lama sehingga pada permukaan logam yang semularata dan bersih tidak ada karat akan menjadi bergelombang pada permukaannyadan berkarat, hal itu mencerminkan bahwa terjadi perbedaan konsentrasi zat asam antara logam dan air laut.

5. Korosi Arus Liar
Korosi arus liar ialah merasuknya arus searah secara liar tidak disengajapada suatu konstruksi baja, yang kemudian meninggalkannnya kembali menujusumber arus. Prinsip serangan karat arus liar ini adalah merasuknya arus searahsecara liar tidak disengaja pada suatu konstruksi baja, kemudianmeninggalkannnya kembali menuju sumber arus. Pada titik dimana arus meninggalkan konstruksi, akan terjadi serangan karat yang cukup serius sehingga dapat merusak konstruksi tersebut.
Terdapat dua jenis sel arus yang dipaksakan, yaitu :
1.      Sel arus liar yang terjadi secara eksidentil (tidak sengajja).
Seperti arus liarpada kereta apilistrik, yang melaju disamping atau berdekatan dengan pipaair minum di dalam tanah yang terbuat dari baja bergalvanis atau bajaberlapis beton sebelah dalam dan berbalut (wrapped) sebelah luar. Karatakan terjadi pada daerah keluarnya arus luar yang berasal dari rel keretalistrik tersebut. Tempat dimana arus liar masuk ke dlaam pipa, menjadikatoda, sedangkan dimana arus liar meninggalkan pipa menjadi anoda dan berkarat. Karat akhirnya dapat melubangi pipa PDAM tersebut.
2.      Sel arus paksa disengaja.
Seperti sel perlindungan katodik pada pipa bawahtanah. Arus berasal dari sumber arus listrik searah menuju elektroda danmelalui tanah arus mengalir dari elektroda ke pipa sehingga pipa menjadi katoda yang tidak berkarat. Selanjutnya arus kembali ke sumber (rectifier)

Pencegahan Korosi

Pengendalian korosi secara umum, yaitu :

1. Mencegah kontak dengan oksigen dan/atau air
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka peristiwa korosi tidak dapat terjadi.  Korosi dapat dicegah dengan melapisi besi dengan cat, oli, logam lain yang tahan korosi (logam yang lebih aktif seperti seg dan krom).  Penggunaan logam lain yang kurang aktif (timah dan tembaga) sebagai pelapis pada kaleng bertujuan agar kaleng cepat hancur di tanah. Timah atau tembaga bersifat mampercepat proses korosi.
2. Perlindungan katoda (pengorbanan anoda)
Besi yang dilapisi atau dihubugkan dengan logam lain yang lebih aktif akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda.  Di sini, besi berfungsi hanya sebagai tempat terjadinya reduksi oksigen. Logam lain berperan sebagai anoda, dan mengalami reaksi oksidasi.  Dalam hal ini besi, sebagai katoda, terlindungi oleh logam lain (sebagai anoda, dikorbankan).  Besi akan aman terlindungi selama logam pelindungnya masih ada / belum habis.  Untuk perlindungan katoda pada sistem jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan logam magnesium, Mg.  Logam ini secara berkala harus dikontrol dan diganti.
3. Membuat alloy atau  paduan logam yang bersifat tahan karat,
 Misalnya besi dicampur dengan logam Ni dan Cr menjadi baja stainless (72% Fe, 19%Cr, 9%Ni).
4. Pengecatan.
Jembatan, pagar, dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak dengan udara dan air. Cat yang mengandung timbel dan zink (seng) akan lebih baik, karena keduanya melindungi besi terhadap korosi.
5. Pelumuran dengan Oli atau Gemuk.
Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak dengan air.
6. Pembalutan dengan Plastik.
Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak dengan udara dan air.
Tin Plating
Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebuttin plating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi selama lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi hal ini justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
8. Galvanisasi
Pipa besi, tiang telepon dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal ini terjadi karena suatu mekanisme yang disebut perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi (berkarat). Badan mobil-mobil baru pada umumnya telah digalvanisasi, sehingga tahan karat.
9. Cromium Plating
Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak.
10. Sacrificial Protection
Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi, maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti.

sumber : http://ratihkumalachachae.blogspot.co.id/2011/12/mengenal-korosi-dan-akibatnya-serta.html

Jenis Semen

1. Tipe I (Ordinary Portland Cement)
merupakan jenis semen hidrolis yang cocok dipergunakan secara luas untuk konstruksi umum berbagai macam aplikasi beton yang tidak memerlukan persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai pada tanah dan air yang mengandung sulfat 0,0% – 0,10% dan dapat digunakan antara lain untuk konstruksi bangunan perumahan, gedung-gedung bertingkat, jembatan, landasan pacu dan jalan raya dimana syarat-syarat khusus tidak diperlukan.
Hasil gambar untuk rumah


2. Tipe II (Moderate sulfat resistance)
merupakan jenis semen yang cocok dipergunakan untuk konstruksi bangunan dari beton massa yang memerlukan ketahanan sulfat (pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0,10% – 0,20%) dan panas hidrasi sedang. Semen jenis ini banyak digunakan di daerah-daerah yang berkadar sulfat sedang, antara lain daerah-daerah rawa, untuk bangunan-bangunan di pinggir laut / tepi pantai, saluran irigasi, bendungan, pondasi jembatan dan lain-lain.





3. Tipe III (High Early Strength)
merupakan jenis semen yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal yang tinggi setelah proses pengecoran dilakukan (pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi) dan memerlukan penyelesaian secepat mungkin. Misalnya digunakan untuk pembuatan jalan raya beton, bangunan tingkat tinggi, bangunan-bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat dan bandara udara.




4. Tipe IV (Low Heat Of Hydration)
merupakan jenis semen yang membutuhkan panas hidrasi yang rendah dalam penggunaannya, semen jenis ini biasanya digunakan pada konstruksi yang membutuhkan beton dalam skala besar. Dengan tujuan untuk panas hidrasi yang terjadi pada saat pengeringan diusahakan seminimal mungkin.







5. Tipe V (Sulfat Resistance Cement)
merupakan jenis semen yang cocok dipakai untuk berbagai macam aplikasi beton dimana diperlukan daya tahan yang baik terhadap kadar sulfat yang tinggi, seperti pada konstruksi bangunan-bangunan pada tanah/air yang mengandung sulfat melebihi 0,20% antara lain : instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan, pembangkit tenaga nuklir, digunakan di daerah-daerah yang berkadar sulfat tinggi, misal daerah-daerah rawa dengan tingkat keasaman tinggi, dermaga (bangunan-bangunan pantai), bendungan, pondasi jembatan, silo bahan-bahan kimia dan lain-lain.



Durabilitas Beton

Beton harus mampu menghadapi segala kondisi dimana dia direncanakan, tanpa mengalami kerusakan (deteriorate) selama jangka waktu layannya ( service ability). Beton yang demikian disebut mempunyai ketahanan yang tinggi (durable). Durabilitas didefinisikan sebagai ketahanan beton menghadapi serangan-serangan yang merusak, baik yang disebabkan oleh faktor-faktor fisik maupun yang disebabkan oleh faktor-faktor kimiawi.

Berkurangnya durabilitas beton dapat disebabkan oleh : 
1. pengaruh fisik 
2. pengaruh kimia 
3. pengaruh mekanis 

Pengaruh fisik (physical attack) : pelapukan oleh cuaca 
• membeku dan mencair (freezing and thawing), terjadi pada pasta semen dan aggregate 
• basah dan kering bergantian, terjadi pada pasta semen 
• perubahan temperatur yang drastis, terjadi pada pasta semen dan aggregate 

Pengaruh kimia (chemical attack) : penetras larutan / unsur kimia kedalam beton 
• serangan sulfat, terjadi pada pasta semen 
• reaksi alkali-aggregate, terjadi pada aggregat 
• serangan asam dan alkalis, terjadi pada pasta semen 
• korosi baja tulangan, terjadi pada tulangan 

Pengaruh mekanis 
• perubahan volume akibat perbedaan sifat thermal dari aggregat thd pasta semen, terjadi pada pasta semen dan aggregat 
• abrasi (pengikisan), terjadi pada pasta semen dan aggregat 
• aksi elektrolisis, terjadi pada pasta semen 

Sifat beton yang paling penting agar memiliki ketahanan yang tinggi dari pengaruh diatas adalah permeabelitas beton yang terdiri atas : 
• permeabelitas terhadap udara 
• permeabelitas terhadap zat cair 

Beton dengan durabilitas tinggi 
1. kepadatan struktur tinggi 
2. porositas rendah 
3. permeabelitas rendah 
4. tahan terhadap pengaruh lingkungan (pembekuan, serangan sulfat dan alkasi, korosi) 
5. masa layan struktur panjang 

Dapat dicapai dengan : 
• beton mutu tinggi (high-strength concrete) 
• beton mutu ultra tinggi (ultra high-strength concrete) 
• beton tanpa pemadatan (self-compacting concrete) 

Pengujian/pembebanan beton:

a. detructive tests 
• teknik pengujian (load control, displacement control) 
• prosedur dan peraturan (codes) 
• pengujian material 
• jenis pengujian (uji tekan, uji tarik, uji belah, uji lentur) 
• faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beto (jenis pembebanan, kecepatan pembebanan, metode pengujian, bentuk dan dimensi benda uji, dll) 

b. non-destructive tests 
• hammer test 
• core drill 
• ultra sonic velocity pulse (bisa untuk beton umur muda) 
• acoustic emission testing 
• leak testing 
• liquid penetrant testing 
• infrared and thermaltesting 

Evaluasi Mutu Beton 
pengujian langsung (destructive test) 
Hasil pengerjaan beton dapat diterima jika kekuatan tekannya memenuhi dua syarat berikut (pedoman beton 1989, pasal 4.7) : 
1. nilai rata-rata dari hasil uji tidak kurang dari : (f'c + 0,8 S) 
2. tidak satupun dari benda uji yang nilainya kurang dari 0,85 f'c 

S= (sigma n, i=1 (f'ci - f'c)^2 / n-1 ) 

f'c = sigma n, i= 1 f'ci / n 

S = standar deviasi (kg/cm2) 
f'ci = kuat tekan beton ke-i (kg/cm2) 
f'c = nilai rata2 kuat tekan beton (kg/cm2) 
n= jumlah benda uji 


Core drill: diameter 76 mm, diameter 92 mm 
berdasarkan sk sni t 16 1991 03 : 
kekuatan tekan rata-rata masing2 3 benda uji minimal 0,85 f'c 
kekuatan tekan masing2 hasil uji minimal 0,75 f'c 

Hammer test : menggunakan schmidt Hammer, menentukan keseragaman dari sifat-sifat mekanis elemen struktur, mengevaluasi hanya area lokal dan lapisan permukaan beton, tidak dapat mendeteksi retak dalam. 

Ultrasonic Pulse Velocity : dapat mendeteksi retak dalam dan pori udara, dapat merekam aliran gelombang tegangan untuk analisis, membutuhkan akses terhadap dua sisi permukaan elemen struktur yang akan di test. 

Magnetic methods : dapat mengevaluasi area yang luas dari struktur, dapat mendeteksi lokasi dan arah dari tulangan, shear connector, serta mendeteksi ukuran tulangan.




Sumber: http://komunitas-sipilmenulis.blogspot.co.id/2010/06/durabilitas-beton_27.html